Minggu, 08 April 2012

Analisis Film Psikologi Keluarga "Wedding Dress"

Gambaran Isi Film

Film ini  mengisahkan tentang kehidupan seorang single parent (ibu) dan anaknya yang bernama Kang So Ra. Disini diceritakan bahwa ayah So Ra sudah meninggal. Sehingga So Ra hanya tinggal berdua dengan ibunya. Karena ibunya sibuk bekerja maka So Ra seringkali pergi ke tempat tantenya. Bahkan ibunya tidak pernah memasak, dan setiap kali waktu makan, maka So Ra maupun ibunya akan datang ke tempat tantenya untuk makan bersama-sama. Hal ini tidak lain disebabkan karena ibu So Ra sangat sibuk. Sehingga tidak jarang pula So Ra merasa kesepian karena harus sendirian dirumah. Adapun pekerjaan ibu So Ra adalah desainer gaun pengantin. Sehingga setiap waktu selalu disibukkan dengan pesanan gaun pengantin baru sampai-sampai hampir tidak pernah bermain bersama atau berjalan-jalan dengan anaknya. Bahkan So Ra pun hampir tidak mempunyai teman disekolah, karena ia seringkali bersikap menjengkelkan kepada teman-temannya. Selain itu ia juga sulit untuk berbagi sesuatu yang ia miliki dengan temannya dan terkadang juga bersikap buruk. Oleh karena itulah ia dijauhi oleh teman-temannya.
            Cerita terus berlajut sampai suatu hati hari setelah acara makan malam di rumah tantenya ibu So Ra tiba-tiba pingsan. Dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat itulah tante dan paman So ra mengetahui bahwa ibu So Ra mengalami sakit yang parah dan mematikan. dan sebelum kejadian pingsan itu sebenarnya ibu So Ra sudah mengetahui kalau dia sakit. Namun ia terus merahasiakannya dari keluarganya dan juga So Ra. Namun, walaupun So Ra masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak benar dengan ibunya. Kemudian ketika ia makan malam di rumah tantenya, tiba-tiba ia memanggil tantenya dan memintanya untuk mengantarkannya pulang kerumah. Karena kebetulan waktu itu ibunya sedang bekerja. Dalam perjalanan pulang, So Ra bertanya pada tantenya, “apakah ibunya sedang sakit?”. Karena akhir –akhir ini So Ra sering melihat ibunya minum obat yang sangat banyak dan muntah-muntah. Dan tantenya pun bingung bagaimana harus mengatakannya, karena ibu So Ra memintanya untuk merahasiakan sakitnya terhadap So Ra. Dan akhirnya tantanya menjawab “ iya, memang benar ibumu sedang sakit, tapi dengan berdoa, minum obat dengan baik dan pergi kerumah sakit maka ibumu pasti akan baik-baik saja”. Namun, So Ra tidak percaya begitu saja. Dan bertanya lagi. “ apakah ibu akan meninggal?” berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk ibu?”. Tantenya pun merasa sangat kasihan pada So Ra dan bingung bagaimana cara mengatakan hal yang sebenarnya. Walaupun demikian tentenya meyakinkan pada So Ra bahwa ibunya akan baik-baik saja. Selain itu, So Ra juga meminta kepada tantenya agar merahasiakan pembicaraan tadi dari ibunya. Ia takut ibunya akan sedih.
            Ibu So Ra selalu membelikan ini dan itu untuk So Ra baik itu video game, sepeda baru, TV baru. Namun, sebenarnya So Ra tidak menginginkannya, ia hanya ingin ibunya berada disampingnya dan menemaninya. Sejak mengetahui ibunya sakit So Ra mulai berusaha untuk bersikap baik. namun, tidak jarang pula ia merasa kesal. Karena sikapnya yang buruk ia dimarahi ibunya. Dan ia pun membela diri. hal ini, tidak hanya terjadi sekali dua kali. So Ra benar-banar merasa marah dengan keadaan, karena ia selalu merasa kesepian dan akhirnya pun orang satu-satu yang ia miliki, yaitu ibunya, akan meninggalkan dia pula.

Analisis

            Penyebab single parent ada beberapa macam, antara lain single parent karena ditinggal mati oleh pasangan hidupnya atau karena perceraian. Nah, dalam film ini menceritakan kisah seorang ibu yang menjadi single parent karena di tinggal mati oleh suaminya. seperti yang telah diketahui, orang tua single parent mempunyai tugas yang lebih berat daripada orang tua yang masih utuh (ada ayah ada ibu). Mengapa demikian?. Seorang single parent mempunyai dua peran yang berbeda dalam kehidupannya, hal ini tidak lain ditujukan agar tugas perkembangan anak mampu berkembang dengan baik. karena pada umumnya seorang anak harusnya dibesarkan oleh seorang pria (sebagai ayah) dan wanita (sebagi ibu). Namun, hal ini menjadi berbeda apabila salah satu diantaranya tidak ada. Maka mereka harus mejalankan peran yang berbeda yaitu merangkap jadi ibu sekaligus sebagai ayah. Dan otomatis beban yang dipikul pun lebih berat. Dalam hal ini, ibu So Ra menjadi bekerja hampir disepanjang waktu karena menggantikan tugas ayah sebagai pencari nafkah. Sehingga So Ra merasa kesepian karena kurang menerima kasih sayang dari ibu. Dan ia lebih sering mengahabiskan waktunya sendiri karena ia pun tidak memiliki teman dan susah bergaul. Biasanya, ketika seorang ibu tunggal bekerja berlebihan, konflik hubungan orang tua dengan anak cenderung meningkat. Ibu yang demikian menjadi kurang perhatian dan kurang penerimaan, anak mereka cenderung menunjukkan perilaku bermasalah. Begitu pula dengan So Ra,ia juga menunjukkan perilaku yang kurang baik, seperti pemarah, sulit bergaul, tidak mau berbagi dengan orang lain. Yang demikian ini dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua. Dimana orang tua So Ra selalu sibuk bekerja, sehingga jarang ada waktu untuk bersama So Ra, bermain, berjalan-jalan maupun mendengarkan keluh kesah So Ra. Sehingga ia terbiasa untuk memendamnya sendiri. Dan So Ra mempunyai cara bagaimana supaya ia bisa bersama dengan ibunya, ketika musim hujan tiba ia selalu tidak mau membawa payung ke sekolah, meskipun ia sudah diingatkan oleh ibunya untuk membawa payung. Sehingga ketika tiba saat pulang sekolah, ia bisa menghubungi ibunya untuk menjemputnya ke sekolah.
            Sebagai seorang pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapi dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Ibu So Ra terkadang memarahi anaknya karena ia tidak mau bersikap baik kepada orang lain. Namun, ibu So Ra sendiri tidak memberikan contoh nyata kepada So Ra bagaimana seharusnya perilaku yang baik. karena ia sendiri jarang menemani So Ra. Seperti yang terlihat dalam film ketika So Ra dan ibunya sedang makan malam bersama dirumah tantenya. So Ra dan kakak sepupunya saling berargumen yang akhirnya membuat keduanya sama-sama jengkel. Kemudia kakak sepupunya memasukkan sendok bekas makanannya ke mangkuk So Ra, dan tentu saja hal ini membuat So Ra semakin marah karena ia jijik dengan sesuatu hal yang bekas dari orang lain. Dan ia pun tidak mau melanjutkan makannya. Karena tidak tahan ibunya pun marah-marah kepada So Ra dan berkata “ siapa yang akan menerimamu jika kamu selalu bersikap seperti ini” dan So Ra pun menjawab “ ibu saja yang menerima ku seperti ini, aku tidak butuh orang lain”. Mengetahui kenyataan tersebut keduanya sangat sedih. Ibu So Ra merasa bersalah karena tidak banyak menghabiskan banyak waktunya bersama So Ra padahal waktu hidupnya hanya tinggal sebentar. Sedangkan So Ra ingin ibunya selalu disampingnya, namun, ketika ibunya mulai mengajaknya jalan-jalan dan bermain ternyata ibunya sakit dan akan meninggalkannya. Meskipun jarang menemani So Ra, ibunya selalu membelikan So Ra ini dan itu. Padahal sebenarnya So Ra tidak membutuhkannya. Ia hanya butuh ibunya ada disisinya.
            Dengan sikap ibu So Ra yang demikian, bisa menciptakan kondisi yang mendorong anak untuk gagal. Seperti selalu terburu-buru di pagi hari karena sibuk akan pekerjaan sehingga tidak sempat menyiapkan sarapan atau bercanda dengan anak, meninggalkan anak tanpa orang dewasa di dekat mereka. Meskipun So Ra kadang dititipkan oleh ibunya di tempat tantenya, namun tantenya juga tidak bisa terus mendampinginya karena ia sendiri juga punya anak dan suami yang harus diurusnya. Dan tidak menyediakan anak waktu untuk berkeluh kesah, bertukar pikiran, dan berdiskusi. Pola asuh yang demikian ini bisa dikategorikan sebagi pola asuh permisif, dimana orang tua hanya memberikan ini dan itu kepada anak, namun jarang mendampinginya. Sehingga anak merasa kesepian dan tidak ada tempat untuk berkeluh kesah, dan cenderung menjadi pemurung. Meskipun orang tua masih mengingatkan kalau anaknya berbuat salah namun, sama saja kalau orang tua tidak memberikan contoh.
            Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa single parent pun bisa menjadi orang tua yang baik dan berhasil dalam mendidik anaknya apabila orang tua tersebut mampu menjalankan perannya sebagai orang tua secara baik dan seimbang. Misalnya seperti, sesekali mengajak anak-anak jalan-jalan dan tidak selalu sibuk dengan pekerjaan, mendampingi anak belajar (sehingga anak bisa bertanya kalau misalnya ada sesuatu yang tidak ia mngerti) dan lain sebagainya.

Referensi
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6308199211_1693-3029.pdf

Template by:
Free Blog Templates